MEDAN
Tempat hiburan malam H7 Jalan Abdullah Lubis, Medan, kini semakin meresahkan masyarakat.
Lokasi dunia gemerlap (Dugem) tersebut diduga kuat menjadi sarang peredaran narkoba dan praktik prostitusi terselubung.
Berbagai keterangan yang dihimpun awak media, Kamis (22/05/2025) mengungkapkan, aktivitas di dalamnya kerap berlangsung hingga dini hari dengan dentuman musik keras yang bukan hanya mengganggu ketenangan warga, tapi juga menenggelamkan suara pengajian dan azan dari Masjid Al Jihad yang berada tidak jauh dari lokasi.
Warga sekitar yang sudah lama resah atas keberadaan H7 dan menilai tempat tersebut telah mencederai nilai-nilai sosial dan keagamaan yang mereka junjung.
Berbagai laporan dan keluhan telah disampaikan kepada aparat, namun hingga kini belum terlihat adanya tindakan tegas.
Kekecewaan masyarakat pun memuncak, mereka mendesak agar Polda Sumut dan Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumut segera turun tangan untuk melakukan penggerebekan sebelum situasi semakin tak terkendali.
Seorang warga yang meminta identitasnya dirahasiakan mengaku aktivitas di tempat tersebut sangat mencurigakan.
Ia menyebutkan sering melihat orang-orang keluar masuk dengan gelagat yang tidak wajar, dan suara musik yang memekakkan telinga kerap berlangsung hingga subuh.
Ia juga mengungkapkan dugaan adanya praktik prostitusi terselubung terlhat dengan keberadaan LC (Ladies Call) yang disediakan oleh manajemen untuk melayani pengunjung.
Ironisnya, H7 seperti kebal terhadap hukum bahkan tempat ini beberapa waktu lalu sempat digerebek karena kasus dugaan lokalisasi judi online oleh Polrestabes Medan.
Muncul juga dugaan bahwa manajemen H7 memberikan “setoran” kepada oknum-oknum penegak hukum tertentu, sehingga tempat ini seolah-olah tak tersentuh hukum.
Kepada awak media, dua orang pengunjung yang baru keluar dari lokasi tersebut mengaku bahwa semua hal di dalam H7 terasa bebas.
Mereka menyebutkan pengunjung dimanjakan dengan peredaran narkoba dan kehadiran wanita penghibur yang disiapkan oleh pihak manajemen.
Menurut mereka, meskipun tempat tersebut diberi label karaoke, namun kenyataannya pengunjung larut dalam house music di bawah pengaruh ekstasi, berpelukan dengan wanita-wanita berpakaian minim.
Sementara seorang pria bernama Heri yang sempat dikonfirmasikan via telepon selular mengaku dirinya tidak punya hubungan dengan H7.
” Kalau mengenai hal hal disana jangan tanya saya, karena saya tak ada hubungannya,” jelas Heri.
Sementara pihak Managemen H7 bernama Teja saat coba dikonfirmasi, Kamis (22/05/2025) via WA dan telpon pukul 21.59 Wib dan 22.08 Wib, tidak memberikan jawaban.
Situasi ini menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan masyarakat. Jika dibiarkan, keberadaan H7 akan menjadi preseden buruk dalam penegakan hukum di kota Medan.
Masyarakat berharap pihak berwenang tidak lagi tutup mata dan segera bertindak untuk menertibkan tempat hiburan tersebut demi menjaga moral, ketertiban, dan kenyamanan lingkungan.(tim)